Kepulauan Togean nan menawan, sebuah taman nasional yang tersembunyi di Teluk Tomini, Sulawesi Tengah yang diresmikan pada tahun 2004. Terbentang sekitar 102 Kilometer dengan luas daratan sekitar 755 Km2. Memiliki gugusan pulau sekitar 66 pulau yang tersebar di wilayah tengah Teluk Tomini. Kekayaan alam yang dimilikinya merupakan surga bagi setiap mahkluk. Saya ingin melihat serpihan surga itu!
Pergi ke Kepulauan Togean, lalu menuliskan cerita tentang keajaiban alam yang dimilikinya, adalah sebuah impian yang saya rajut sejak akhir tahun 2014 lalu. Inilah benang-benang alasan yang saya sulam untuk sebuah tempat bernama Togean:
- Sebagai orang asli Indonesia, saya ingin mengenal lebih banyak tentang hidden paradise yang Indonesia punya. Akan aneh kalau saya lebih tahu tentang Taman Nasional Swiss di Pegunungan Alpen ketimbang Taman Nasional Kepulauan Togean di Sulawesi, di negeri saya sendiri.
- Saya ingin memuaskan rasa syukur dengan cara melihat, mendengar, dan merasakan langsung anugerah alam Togean yang luar biasa, ‘serpihan surga’ yang Allah letakkan di Indonesia.
- Sebagai seorang pejalan dan penulis kisah perjalanan, jejak langkah dan tulisan saya akan makin lengkap dengan memiliki cerita tentang Kepulauan Togean.
- Saya ingin berkata "Hei, Indonesia juga punya Togean! Bukan Raja Ampat dan Derawan saja."
- Lokasi Togean yang terpencil dan jauh dari hiruk pikuk kehidupan justru menjadi daya tarik yang memikat bagi saya yang sehari-harinya tinggal di Kota Metropolitan yang ramai dan selalu sibuk.
Amazing Togean
Disalin dari www.gocelebes.com dan www.Indonesia.travel, inilah keajaiban Kepulauan Togean yang saya impikan itu.
Coral Triangel
Kepulauan Togean tercatat dalam daftar wilayah Coral Triangle region Indonesia-Filipina (region 1). Coral Triangle adalah wilayah segitiga perairan laut tropis yang memiliki lebih dari 500 spesies gugusan terumbu karang. Wilayah perairan di sekitar Pulau Sulawesi termasuk di dalam segitiga ini. Yang terpenting adalah, kawasan Coral Triangle merupakan pusat kekayaan hayati bawah laut (biodiversitas) dari seluruh biodiversitas dunia. Serta merupakan kawasan konservasi yang utama di dunia, yang berada dibawah naungan WWF (World Wide Fund for Nature).
Biodiversitas Togean
Sebagai bagian dari The Coral Triangle, Kepulauan Togean menyimpan kekayaan hayati bawah laut yang sangat menakjubkan.
- Memiliki 4 tipe terumbu karang yaitu Karang Cincin (Atol), Karang Tompoh (Patch Reef), Karang Tepi (Fringing Reef), dan Karang Penghalang (Barrier Reef). Terdapat sekitar 262 spesies terumbu karang dari 19 famili juga tersebar di perairan kepulauan ini. 7 spesies diantaranya adalah spesies endemik Kepulauan Togean.
- Memiliki beragam jenis ikan seperti Paus Pilot, Ikan Pari Manta, Hiu Karang Abu-abu, Ikan Trevally mata besar (Trochus niloticus), Kima raksasa (Tridagna gigas), Lola (Trachus niloticus), dan Dugong (sejenis Ikan Duyung).
- Memiliki spesies penyu langka seperti penyu hijau (Chelonia Mygas) dan penyu sisik (Eretmochelys Imbriocata).
- Memiliki sekitar 596 spesies ikan (dari 62 Famili). Dua spesies diantaranya merupakan spesies ikan endemik Kepulauan Togean, yaitu Ecsenius sp. dan Paracheilinus Togeanensis.
- Memiliki hutan mangrove dan hamparan padang lamun patai atau ‘nambo’ (seagrass bed) yaitu berupa rumput pantai yang luas dan menjadi sumber makanan mamalia laut dugong. Ada sekitar 33 jenis mangrove yang terdiri dari 19 jenis mangrove sejati (true mangrove) dan 14 jenis mangrove ikutan (associate mangrove).
Daratan Kepulauan Togean
Selain berupa jajaran kepulauan, Togean juga memiliki daratan besar yang menjadi tempat berlindung dan berkembang biak bermacam-macam hewan endemik Sulawesi yang dilindungi seperti tangkasi (Tarsius sp), kuskus (Ailurops Ursinus), rusa (Cervus Timorensis), dan ketam kenari (Birgus Iatro). Ada pula monyet togean (Macaca Togeanus), biawak togean (Varanus Salvator Togeanus) dan babi rusa togean (Babyrousa Babirussa Togeanensis) yang hanya ada di kepulauan Togean.
Dari berbagai sudut, bisa menemui keasrian hutan dengan pepohonan rimbun, dengan udara yang masih segar dan sejuk. Di udaranya hidup sedikitnya 90 jenis burung termasuk yang dilindungi, seperti julang sulawesi atau alo (Rhyticeros Cassidix) dan elang bondol (Haliastur Indus).
Kegiatan yang akan saya lakukan di Togean
Semua keragaman hayati dan keindahan yang dimiliki Kepulauan Togean telah membuatnya ditetapkan sebagai taman nasional dengan Keputusan Menteri Kehutanan (SK. No. 41 8/Menhut-II/2004). Banyak kegiatan yang akan saya lakukan di taman nasional ini, diantaranya:
- Mengunjungi permukiman orang (suku) Bajoe di Kabalutan, Pulau Enam, Pulau Malenge, atau di Kayome dimana ada sebuah rumah asli suku bajo yang ditinggalkan pemiliknya dan masih asli dibangun dengan tanpa bantuan paku satu pun.
- Jalan-jalan ke kawasan pemukiman utama di Pulau Togean yaitu Desa Katupat yang pantainya indah.
- Berenang, snorkling dan mengunjungi Goa Kelelawar di Pulau Batudaka, pulau terbesar dan paling mudah dicapai di Kepulauan Togean.
- Menyelam ke bawah air dekat Pulau Enam, di situs penyelaman berupa bangkai pesawat pembom B24 milik Amerika serikat yang jatuh pada Mei 1945.
- Menyelam ke Karang Dominic di bagian paling utara Kepulauan Togean dan berada pada kedalaman 30-40m.
- Menjelajah alam hutan Pulau Malenge. Mengunjungi Gunung Colo di Pulau Una-Una. Dan mengunjungi pemukiman orang Bajo di Kabalutan.
- Menikmati kuliner seafood dan sagu, makanan khas Togean. Pergi ke Ampana, menikmati keindahan malam dan kuliner khas berupa ikan bakar rica-rica yang istimewa.
Bermimpi dan wujudkan!
Sebagai penikmat keindahan lanskap alam dan keragaman biota laut, impian untuk ke Togean terus bergerak mengikuti usaha dan doa yang menguar dari diri saya, sang pemilik impian. Beruntung saya sebagai orang Indonesia yang saat ini tinggal di Indonesia, sehingga mimpi untuk menjejak Taman Nasional Kepulauan Togean berada di Teluk Tomoni di Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, akan lebih mudah diwujudkan karena lokasinya mudah dicapai dengan moda trasnportasi yang sudah tersedia.
Saya sangat optimis impian menjejak Togean akan terwujud tahun ini. Waktu sudah saya persiapkan. Biaya tinggal diusahakan dari menulis di media massa. Jika saya makin rajin menulis untuk media, bukan tidak mungkin fee yang terkumpul cukup untuk membiayai perjalanan ke Togean. Insha Allah selepas lebaran bisa berangkat. Semoga.